Tag Cloud

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani Distributed by SC Community

Senin, 27 April 2009

SURAT TERUNTUK KARTINI


Apa kabarmu di sana

masamu telah usai

namun namamu hingga kini

surat-surat yang kata mereka darimu telah terbaca olehku

walau hanya sedikit terbaca

namun sungguh membuat aku terpesona

"panggil aku kartini saja" katamu

cita-citamu tuk menggantikan gelap dengan terang semakin terwujud

semua atas perjuangan pendahulu kami

doa dan usaha mereka yang dengan ikhlas mengantar kami

anak cucu mereka

namun ku juga tak paham dengan sebagian isi suratmu

yang dihantarkan oleh orang-orang asing itu

apa yang engkau ragukan dengan agamamu

apa yang engkau ragukan dengan adat budaya luhur pendahulumu

bukankah agamamu mewajibkan setiap diri darimu menunutut ilmu

dari timangan hingga liang lahat

bukankah agamamu melarang siapapun menikahkan anak perempuannya tanpa persetujuan darinya

bukankah agamamu mengajarkan hormati ibumu 3 kali lebih dari bapakmu

agamamu memuliakan wanita

agamamu tidak merendahkanmu atau membatasimu untuk lebih maju dan maju

agamamu ajarkan berbuat baik pada ibu bapak anak-anak saudara-saudara tetanggamu

adat budayamu juga mendukung untuk itu

menghormati yang tua menyayangi yang muda

sudah seharusnya kritik itu kamu tujukan pada para penjajah itu

berapa lama mereka membuat bodoh bangsa kita

siapa yang juga yang mengajarkan feodalisme

sebelum ahkirnya Tuhan berkehendak lain

tapi aku tak yakin itu murni tulisanmu

mereka yang menyisipkan tulisan itu

mereka melemparkan kesalahan mereka ratusan tahun yang lalu pada agama kita budaya kita

yang ku tahu engkau adalah wanita timur yang berhati bening

engkau buang ambisi pribadimu

mengajarkan ilmu untuk bangsamu

itulah emansipasimu

yang kutahu dan terkenang di hati kami

moga engkau bahagia di sana


Sabtu, 25 April 2009

TUHAN HARUS BAGAIMANA INI ???


Pagi ini aku menapakkan kakiku pada jalanan di sekitar kampus, ada pemandangan yang aneh hari ini. Ada apa ya? Ahhh…aku tidak ingat. Perasaan penasaran terhadap diriku sendiri semakin menjadi-jadi, kira-kira apa ya yang terlupakan hari ini?
Hari kedua, dengan jalan agak berat kulangkahkan kakiku menuju bangunan baru yang merupakan kampus baruku, minggu ini masih merupakan awal perkuliahan sehingga jadwal pelajaran pun belum begitu padat….lagi-lagi hari ini ada kelas kosong. Aku duduk di serambi samping kampus, sedikit termenung memikirkan panasnya kota semarang yang semakin menjadi-jadi di siang hari bisa mencapai 38 derajat celcius…cukup panas untuk ukuran gadis berpostur subur sepertiku. Pertanyaan yang sama menghantuiku seakan-akan Tuhan mengingatkanku bahwa masih ada permsalahan yang belum bisa aku jawab, aku lihat disekeliling hanya ada orang berkeliaran dan beerapa pedagang makanan kecil yang menjajakan makanannya. Ditengah lalu lalang orang pandanganku tertuju pada sebuah sudut kecil didekat bak sampah pemuangan di sekitar kampusku.
Aku baru tersadar dari lamunanku, tertuju pada seorang ibu tua yang duduk dan sepertinya sedang menunggu sesuatu.
Sedang apa ya ibu itu, gumamku dalam hati.
Ahhh...mungkin itu pengemis yang biasa mangkal di kampus, nggak heran kalau sekarang lingkungan tempat kuliahku sangat ramai dipadatioleh para pengemis yang entah darimana datannya, keadaan ini seakan menjamur, para pengemis ini biasanya dioplos oleh agen=agen rahasia mereka. Tapi ternyata terkaanku salah, aku lihat ibu itu membawa karung putih yang sangat kumal dan hampir tidak tterlihat warna putihnya lagi. Dia menunggu para pembeli minuman botolan dengan setia di sudut jalan.
Hari ketiga, aku jadi teringat !!! dulu ada ibu-ibu tua yang sering menggarap sampah di kampusku, lalu aku berpikir apakah dia adalah ibu sampah yang biasa aku temui, ternyata setelah aku agak mendekat dan curi-curi pandang tentang dia , maka aku temukan jawabannya, BENAR dia adalah ibu sampah yang biasa aku jumpai lalu kenapa dia sekarang berpindah tempat. Dimanakah tempat ibu itu dulu????
Tempat buangan sampah yang kecil merupaka peggantinya, dulu sering aku lihat ibu itu membawa serta anak dan cucunya untuk memulung, tapi kenapa hanya dia seorang yang melakukan itu, lantas dimana anak dan cucu kecilnya itu? Ingin aku dekati dan menanyakannya, tapi apalah daya jarak sosial yang menuntut aku untuk mengikuti egoisitas sosialku. Tahukah kenapa dia hanya tinggal sendiri? Ternyata tempat sampah yang besar dan banyak menghasilkan uang kini digusur dan dibongkar. Kasian sekali ibu itu, kini ladang penggarapan uangnya itu sirna oleh kepentingan para pejabat setempat. Aku bisa merasakan ketika dia mendengar bahwa wilayahnya akan digusur, maka pasti dia akan menjerit nelangsa dan bermaksud untuk meminta tolong, kekejaman apa lagi ini, dimanakah letak keadilan bagi orang-orang sepeti mereka? Dimana jaminan hidupnya, dan dimana lindungan hukum untuk mereka?
Betapa bodohnya aku ini, selalu menadahkan mukaku keatas sehingga aku malu dan merasa jijik untuk menundukkan pandanganku pada masalah seperti mereka. Heran sekali, orang lebih bangga jika dikenal oleh pejabat, dokter, guru, walikota, camat dan sebagainya. Tapi mengapa orang tidak merasa bangga jika dikenal oleh orang-orang pinggiran seperti mereka sebut saja tukang becak, abang tukang bakso, pemulung, dan kaum-kaum marginal lainnya. Lalu dimana letak naluri kita? Kemanusiaan yang sering dikumandangkan bak teks proklamasi kini hanya menjadi selogan saja dan harapan orang secara realistis adalah kapan negeri ini hancur, seakan-akan kita menjemput nasib buruk. Bahkan Allah pun menyeru manusia untuk berikhtiar. Subhanallah..banyak sekali ayat-ayat tersirat yang dapat kita baca hikmahnya. Maha Benar Allah dengan semua ciptaanNya, Maha Indah dan Maha Sempurnanya Engkau



Selasa, 21 April 2009

RIMA DI BUMI MATAHARI TERBIT


Muslimah.... Jilbabmu membuat anggun dan berwibawa...
Tegar menentang arus kejam zaman Teguh dengan prinsip ditengah kelalaian insan
Lihat... sesama jenismu di barat dan dimana-mana
Mereka ibarat barang dagangan
di pajang dan di sentuh tangan kotor di tindas dan hanya pemuas nafsu belaka
Muslimah... Kau terlindungi dari pandangan mata jalang
Dari debu yang mengandung beribu kuman Dari sentuhan tangan-tangan kotor yang buas
Muslimah...
Ingatlah kisah Adam Hawa yang turun telanjang Nabi Idris as kononnya penemu bahan pakaian Manusia kian maju kian menutup badan
Apakah kau rela hidup balik kebelakang?
Mereka yang tanpa busana adalah hidup di purba kala
Tak ada rasa malu dan tak ada rasa cemburu membiarkan dirinya dilalap mata jalang mata api yang membakar nafsu birahi Muslimah...
Cukuplah jilbab sebagai benteng menutupi raga dan menjaga hati menegurmu bila kehendak binatang datang
Muslimah...

Memang jilbab terasa panas diterik matahari Namun neraka lebih panas dari mentari dunia
Dan bukankah dunia ini ada panas dan ada dingin?
dalam dinginnya udara jilbabmu memberi kehangatan kehangatan iman...
kehangatan hati...
kehangatan seorang muslimah sejati...
ketahuilah siapapun yang menolak jilbab niscaya matinya tetap kan ditutup kafan bak jilbab tabahkan hatimu... kuatkan imanmu...
jadikan jilbabmu lambang dari pakaian ketaqwaanmu tuk menghadap Ilahi rabbi sebagai bukti tunduk patuhmu...
Ya Allah kuatkanlah kaum Muslimah kami dalam mengamalkan perintahMu
Ya Allah kuatkan kami untuk mendampingi mereka

Ya allah jadikan pakaian mereka
Ya allah jadikan pakaian mereka sebagai penegur hati mereka
Amiin

Rabu, 01 April 2009

PAGI BUTA DALAM SEKAAN AIRMATA

Pagi ini tidak aku dapati semua orang bersantai dan terseyum setelah subuh usai yang ada hanya kesibukan yang gaduh di sebuah tempat Jl. Lemah Gempal sebagai basis pergerakan kita. Tercabutnya papan identitas HMI MPO Cabang Semarang menggores hati ini yang penuh dengan semangat dan memory indah yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun ini. Kulihat pohon tinggi besar yang sampai sekarang msih bercokol di depan rumah berwarna pastel itu. Pagar yang mulai berkarat menandakan bahwa usia tempat ini sudah cukuplama. Kemana kita harus pergi sekarang ini, di dalam harap dan asa yang masih tersisa semua penghuni menarik napas seraya senyum tipis yang berisi harapan menghiasi di biir kecil kami.

“Uhhhh…rasanya sangat banyak memori yang ada mbak, sampai ku gak bisa rela hengkang dari sini” …hehe JJJJ
ucapan usil yang aku ucapkan kepada Mbak Sugi

“Bener juga ya dek…” balasnya

Ya sudah lah, perjuangan pun akan terus berlanjut walaupun mioritas prasarana memng boleh dikatakan kurang memadai,
Kasihan MPO ku tersayang….walaupun jasadmu mati tapi jiwamu akan nada bersama kami.

Terimakasih MPO…manis…asam…asin rame rasanya. Itulah MPO…

Say good bye from Lemah Gempal tercinta….We will find a new spirit in the different place…..

Semarang, 1 April 2009
Wisma tercinta